Ilustrasi hari tanpa bayangan.
Jakarta - Telkom mengatakan fenomena seperti hari tanpa
bayangan ini biasa terjadi dalam layanan yang berbasis satelit. Perusahaan BUMN
ini pun telah mengantisipasi sejak jauh-jauh hari agar tidak berdampak panjang
kepada pelanggan.
"Itu fenomena alam yang dalam layanan satelit biasa
terjadi, sehingga baik operator satelit dan pelanggan sudah dapat
mengantisipasi dampaknya," ujar Vice President Corporate Communication
Telkom Arif Prabowo, Rabu (21/3/2018).
Sebagai informasi, Telkom sendiri mayoritas produk-produk
layanannya memanfaatkan teknologi satelit, yakni Very Small Aperature Terminal
(VSAT).
"Telkom concern terhadap semua keluahan pelanggan,
sehingga fenomena ini kita menginformasikan ke pelanggan," sebutnya.
Gangguan komunikasi satelit ini terjadinya sun outage, di
mana posisi Matahari, Bumi, dan satelit dalam posisi sejajar. Ketika itu, tidak
dapat sinyal karena satelit pemancar berada dekat dengan Matahari. Dan, hari
tanpa bayangan ini hasil dari fenomena sun outage.
"Sun outage adalah pada saat antena VSAT mengarah ke
Matahari, diperkirakan paling lama 15 menit selama delapan hari. Dan, semua
stasiun Bumi di Indonesia akan mengalami dua kali dalam setahun, yaitu Maret
dan September," tuturnya.
"Jika akan terjadi sun outage, pelanggan akan diberi
informasi sebelumnya," kata Arif terkait antisipasi Telkom terhadap
peristiwa alam.
Seperti diketahui, Indonesia mengalami fenomena alam menarik
pada 21 Maret 2018. Matahari berada tepat di atas ekuator (khatulistiwa).
Kejadian itu membuat Indonesia pada siang hari tidak punya bayangan.
Tidak seluruh Indonesia, melainkan peristiwa tersebut
berlangsung di wilayah tertentu. Matahari akan berada hampir tepat di atas
kepala. Hal ini mengakibatkan tidak ada bayangan tepat di siang hari.
"Fenomena ini disebut hari nir bayangan atau hari tanpa
bayangan," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat LAPAN Jasyanto.
LAPAN menyebutkan, Indonesia mengalami hari nir bayangan
sebanyak dua kali pada tahun ini, yaitu pada 21 Maret dan 23 September 2018.
Peristiwa ini terjadi karena Bumi beredar mengitari Matahari
pada jarak 150 juta kilometer dengan periode sekitar 365 hari. Garis edar Bumi
berbentuk agak lonjong sehingga Bumi kadang bergerak lebih cepat dan kadang
bergerak lebih lambat.
Bidang edar Bumi disebut sebagai bidang ekliptika. Bidang ini
miring sebesar 23,4 derajat terhadap bidang ekuator Bumi. Karenanya, Matahari
tampak berada di atas belahan Bumi utara selama sekitar setengah tahun dan
berada di atas belahan Bumi selatan setengah tahun sisanya.
"Perubahan posisi tampak Matahari menyebabkan perubahan
musim di Bumi, misalnya empat musim di daerah subtropis dan juga musim
kering-basah di wilayah Indonesia," jelas Jasyanto.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar