Jakarta - Haid terjadi karena
luruhnya lapisan dinding rahim bagian dalam yang banyak mengandung pembuluh
darah dan sel telur yang tidak dibuahi. Rebekah Knight (25) dari Irlandia
Utara, mengira ia akan memulai masa haidnya di saat remaja seperti
kawan-kawannya.
Namun, setelah menginjak umur 17
tahun, ia tak kunjung mendapatkan haid pertamanya. Rebekah mulai khawatir ada
sesuatu yang tidak beres, tapi ia kemudian hanya berpikir dia hanyalah 'sedikit
terlambat'.
Ia mengutarakan kekhawatirannya
pada ibunya, Debbie (52), dan akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke ahli
ginekolog untuk mendapatkan saran. Olehnya, ia dirujuk ke rumah sakit untuk
menjalani serangkaian tes.
Setelah menjalani pemindaian
Magnetic Resonance Imaging (MRI), diketahui bahwa Rebekah mengalami kondisi
langka yang disebut dengan sindrom Mayer Rokitansky Hauser (MRKH), yang berarti
ia terlahir tanpa vagina, serviks, atau rahim.
"Aku terkejut dan serasa patah
hati. Nggak percaya hal ini terjadi padaku. Apalagi saat aku diberi tahu aku
tidak akan dapat mempunyai anak. Nggak ada kata-kata yang bisa
menjelaskannya," kata Rebekah saat itu, demikian dikutip dari Metro.
Menurut NCBI, sindrom MRKH
menjangkit 1 dari 4.500 wanita di seluruh dunia. MRKH merupakan salah satu
kelainan kongenital di mana tidak terbentuknya kelamin dan organ reproduksi
(kandungan, saluran telur dan vagina) pada perempuan. Hal ini dikarenakan pada
masa embriologi atau pembentukan organ saat kehamilan (minggu kesembilan) ada
kelainan yang disebut fusi ductus Muller.
Penyebabnya tidak diketahui secara
pasti. Biasanya hal ini ditandai dengan amenorrhea primer, dimana seorang
remaja wanita usia 14 tahun belum ada tanda-tanda pertumbuhan seks sekunder
(tumbuhnya payudara, rambut kemaluan) dan belum pernah haid.
Atau remaja usia 16 tahun yang
sudah ada tanda seks sekunder tetapi belum pernah haid. Jika sudah menikah
biasanya tidak terjadi penetrasi penis ke dalam vagina (karena vagina tidak
terbentuk).
Pada kasus Rebekah, ovarium atau
indung telurnya masih dapat berfungsi dengan normal. Setidaknya ia masih
memiliki pilihan mencari rahim pengganti atau adopsi untuk memiliki anak.
Sayangnya, seakan tak kurang berita
buruk, dokter juga menyebutkan bahwa Rebekah hanya mempunyai satu ginjal dan
membutuhkan operasi untuk merekonstruksi vaginanya karena ukurannya sangat
kecil. Bagian tersebut harus ditingkatkan agar dapat bekerja secara normal.
"Aku selalu sedikit takut
dengan rumah sakit, tapi aku tahu ke depannya akan menguntungkanku dalam jangka
waktu panjang," tutur Rebekah.
Akhirnya di musim panas tahun 2013,
ia menjalani dua prosedur. Yaitu yang pertama dokter merentangkan jaringan di
luar vaginanya sebelum menggunakannya untuk prosedur kedua, yaitu
merekonstruksi area tersebut untuk melebarkan bagian mulutnya yang tadi berukuran
kecil.
Lepas operasi, ia sembuh total dan
tidak mengalami infeksi apapun, tetapi ia harus menghabiskan waktu selama 12
hari terkungkung di rumah sakit untuk masa pemulihan.
Selain itu, ia juga menghabiskan
waktu selama sebulan menjalani fisioterapi yang keras agar ia dapat berjalan
kembali sebelum keluar dari rumah sakit.
"Ada beberapa waktu di mana
aku bertanya-tanya dan apakah ini layak dan ini butuh kerja yang amaat keras.
Tapi imanku berperan besar dalam menolongku, dan juga banyak orang dari gereja
mendoakanku. Aku percaya Tuhan menaruhku dalam keadaan ini untuk menarikku ke
keadaan yang lebih baik," kata Rebekah.
Sejak keluar dari rumah sakit,
Rebekah sering membagikan perjalanannya mengalami MRKH untuk membantu
orang-orang dengan posisi yang sama. Ia pun mendapat banyak dukungan dari
teman-temannya dalam grup Facebook.
Berbekal hal tersebut, ia menulis
sebuah buku mengenai pengalamannya berjudul 'The Girl With No..' pada tahun
2015, dua tahun setelah ia dinyatakan sembuh total dari operasi.
Rebekah menyatakan bahwa, "Aku
merasa alamiah lakukan hal ini, aku punya kondisi unik dan aku juga ingin
membantu wanita lain yang nggak hanya juga punya MRKH, tapi seluruh wanita
secara umum agar mereka juga tahu tentang hal ini."
Ia juga mengaku setelah
terdiagnosis, cukup lama ia membisu mengenai kondisinya karena menurutnya itu
sangat personal dan privat. Hanya keluarga terdekatnya yang tahu, dan ia tak
ingin ada orang lain tahu.
Tapi kini ia tak lagi merasa malu
tentang kondisinya dan menyebut berbicara dengan orang lain adalah suatu terapi
tersendiri. Kini berumur 25 tahun Rebekah berharap dapat bertemu dengan
seseorang dan jatuh cinta.
"Aku nggak terlalu khawatir
masalah hubungan, karena aku percaya orang yang tepat untukmu akan tetap
menerimamu apa adanya," tutup Rebekah.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar