Tidak hanya untuk menambah pengalaman, bepergian ke berbagai
destinasi wisata juga bisa menjadi kegiatan yang mengancam keselamatan jiwa.
pada Kamis (24/5/2018), tercatat sebanyak 50 destinasi
wisata dunia yang masuk dalam ketegori rawan, mulai dari ancaman perampokan
hingga serangan kekerasan.
Imbauan waspada juga terus diperbarui oleh buku panduan
wisata Lonely Planet hampir setiap tahunnya. Salah satu yang terus muncul adalah
anjuran untuk tidak berjalan seorang diri di kawasan pedalaman Kamboja, Bosnia,
dan Mozambik, karena risiko ranjau darat yang masih aktif.
Adapun risiko kematian akibat serangan kekerasan, masih
menurut buku yang sama, kerap terjadi di beberapa destinasi wisata di Amerika
Latin. Ancaman tersebut utamanya disebabkan oleh perdagangan obat-obatan
terlarang dan perang antar geng kriminal.
Sementara itu, sebuah tinjauan yang dilakukan oleh
Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, mencatat rata-rata 827 orang warga
negaranya meninggal saat melakukan perjalanan wisata dalam 13 tahun terakhir.
Sebagai informasi, sekitar 80 juta penduduk AS melakukan
perjalanan wisata, baik di dalam maupun luar negeri, di sepanjang 2017 lalu.
Namun, jika Anda tetap penasaran untuk menjelajah berbagai
tempat menarik di dunia, maka enam risiko berikut harus diwaspadai di setiap
destinasi wisata yang dituju.
1. Kecelakaan Lalu Lintas
Cara termudah untuk mengurangi risiko kecelakaan adalah
mematuhi peraturan lalu lintas, dan selalu mengenakan perangkat keamanan saat
berkendara.
Di banyak negara berkembang, sepeda kayuh dan sepada motor
kerap menjadi moda transportasi pilihan untuk perjalanan pribadi yang lebih
leluasa.
Namun, kurangnya pemahaman tentang kondisi jalan dan aturan
berlalu lintas, yang bisa berbeda antara destinasi satu dengan destinasi
lainnya, disebut menjad pemicu utama kecelakaan di kalangan wisatawan.
Thailand disebut sebagai negara yang paling rawan kecelakaan
sepeda motor bagi turis, disusul Vietnam dan Bali di posisi dua dan ketiga.
Pastikan selalu mengenakan helm yang sesuai, mengenakan alas
kaki dan pakaian nyaman, serta tidak melanggar aturan berlalu-lintas.
2. Obat-obatan Terlarang
Hampir di seluruh destinasi wisata favorit pejalan
berkantong "cekak", obat-obatan kerap menjadi pemicu berbagai masalah
yang merugikan turis dan penduduk lokal.
Bahkan, di beberapa negara Amerika Latin dan Asia Tenggara,
turis yang tertangkap atas kasus penyalahgunaan obat-obatan, terkadang masih
bisa menyuap otoritas agar terbebas dari jeratan sanksi hukum.
3. Tenggelam di Perairan
Beberapa turis mengira mereka mendapatkan kekuatan super
saat berlibur, sehingga tidak ragu untuk melompat ke deburan ombak di teluk,
danau berair jernih, hingga di tengah gemericik aliran sungai.
Padahal, menurut data Organisasi Wisata Dunia (WTO), kasus
kematian karena tenggelam menjadi satu dari tiga besar ancaman paling mematikan
bagi turis. Sebagai gambaran, sepanjang tahun 2017, lebih dari 700 orang turis
asal China tewas tenggelam saat berlibur di kawasan pesisir.
Menurut WTO pula, Kepulauan Phuket dan Hawaii menjadi dua
destinasi wisata yang mencatat kasus turis tenggelam paling besar di dunia saat
ini.
4. Pengaruh Alkohol
Angka kecelakaan fatal yang terjadi di "trio pulau
pesta" di Spanyol, yakni Ibiza, Malorca, dan Manorca, diketahui paling
banyak disebabkan oleh pengaruh alkohol.
Bahkan, seringnya terjadi kasus tewasnya turis yang terjatuh
dari balkon hotel, memicu munculnya istilah "balconing", atau terjemahan
bebasnya adalah "jatuh tenggelam dari atas balkon".
Beberapa kawasan wisata populer dunia telah menerapkan
larangan keras untuk mengonsumsi alkohol saat berada di balkon, seperti
misalnya di Phuket dan Ibiza.
5. Interaksi dengan Hewan
Diperkirakan bahwa di India saja, rata-rata 45.000 orang
turis meninggal setiap tahunnya akibat gigitan ular, dan sekitar 20.000 orang
tewas karena gigitan anjing gila.
Selain itu, destinasi wisata di kawasan tropis juga masih
terus berperang dengan ancaman penyakit malaria, yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk.
Statistik yang lebih mengerikan terjadi di berbagai
destinasi wisata safari di Afrika, di mana korban meninggal akibat serangan
kuda nil, tercatat lebih tinggi dibandingkan gabungan serangan hiu, beruang,
dan singa setiap tahunnya.
6. Swafoto
Sejak teknologi kamera pada ponsel kian berkembang pesat,
budaya swafoto pun kian mewabah, tidak terkecuali oleh para turis.
Sayangnya, menurut laporan di situs Lonely Planet,
kecelakaan akibat swafoto yang terlalu ekstrem, memicu terjadinya kecelakaan,
yang tidak jarang berujung nyawa melayang.
Destinasi wisata di ketinggian, seperti misalnya Machu Pichu
di Peru dan Grand Canyon di AS, disebut menjadi lokasi yang sering mengalami
kasus kecelakaan karena swafoto.
Beberapa penyebab utamanya adalah kurang hati-hati, alas
kaki yang tidak sesuai, hingga faktor kesengajaan akibat melanggar peraturan
setempat.







Tidak ada komentar:
Posting Komentar