Sebuah keluarga di Prancis menjadi yang pertama di dunia,
pindah ke rumah cetak tiga dimensi. Properti berisi empat kamar tidur itu
adalah prototipe proyek besar untuk memungkinkan pembangunan rumah menjadi
lebih cepat dan lebih murah.
Dengan dinding lengkung yang dirancang untuk mengurangi efek
kelembaban dan kontrol digital bagi penyandang disabilitas, rumah ini
sebelumnya dianggap sebagai realisasi yang mahal dari visi seorang arsitek.
Tetapi setelah 54 jam yang dibutuhkan untuk mencetak
bangunan dasar --empat bulan setelahnya untuk penambahan jendela, pintu, dan
atap-- terhitung biaya yang dikeluarkan sebesar 176.000 pound sterling (setara
Rp 3,3 miliar), atau 20 persen lebih murah untuk konstruksi serupa denga cara
konvensional.
pada Minggu (8/7/21018), kesukesan tersebut membuat tim
peneliti yakin bahwa rumah cetak tiga dimensi dapat dipercepat penyelesaiannya,
menjadi hanya 33 jam.
Rumah cetak tiga dimensi berbentuk persegi dengan luas 95
meter persegi itu dibangun di kota Nantes, yang merupakan hasil kolaborasi
antara dewan kota, asosiasi perumahan, dan Nantes University.
Francky Trichet, pimpinan dewan teknologi dan inovasi,
mengatakan tujuan dari proyek ini adalah untuk melihat apakah jenis konstruksi
tersebut dapat menjadi lumrah bagi sektor perumahan, dan apakah
prinsip-prinsipnya dapat diterapkan pada bangunan komunal lainnya, seperti
gedung olahraga.
"Selama 2.000 tahun belum ada perubahan dalam paradigma
proses konstruksi. Kami ingin menyapu seluruh proses konstruksi ini," kata
Trichet.
"Itu sebabnya saya mengatakan bahwa kita sedang memulai
sebuah cerita. Kita baru saja menulis, 'Pada suatu waktu'."
Sekarang, katanya, pekerjaan mereka akan "memaksa"
perusahaan swasta untuk "mengambil pena" dan melanjutkan narasi.
Rumah itu dibangun di lingkungan yang kurang terawat di
utara kota dan sebagian didanai oleh dewan kota setempat.
Nordine dan Nouria Ramdani, bersama tiga anak mereka, adalah
orang-orang beruntung yang dipilih untuk tinggal di rumah unik tersebut.
"Ini adalah kehormatan besar untuk menjadi bagian dari
proyek ini," kata Nordine.
"Kami tinggal di blok apartemen yang dibangbun
pemerintah pada dekade 1960-an, jadi ini perubahan besar bagi kami. Benar-benar
sesuatu yang luar biasa untuk bisa hidup di tempat di mana ada kebun, dan
memiliki rumah terpisah," lanjut Nordine bahagia.
Lebih Murah dan Lebih Tahan Lama
Gabungan tim arsitek dan ilmuwan bekerjasama merancang rumah
terkait di studio di Prancis, dan memprogramnya menjadi mesin cetak tiga
dimensi.
Mesin cetak ini kemudian dibawa ke lokasi yang hendak
dibangun rumah, di mana bekerja dengan mencetak lapis demi lapis dari bagian
lantai hingga rangka atap.
Setiap dinding terdiri dari dua lapisan polyurethane
isolator, dengan sedikit ruang di antaranya yang diisi dengan semen. Teknik ini
menciptakan konstruksi dinding tebal, kuat, dan tahan lama.
Rumah cetak tiga dimensi itu merupakan gagasan Benoit Furet,
yang mengepalai proyek di Nantes University.
Dia berpikir bahwa dalam lima tahun ke depan, teknologi itu
akan mengurangi biaya pembangunan rumah sebesar 25 persen, dan memperpanjang
usia bangunan menjadi 40 persen lebih lama.
Cetak bangun tiga dimensi, tambah Furet, juga memungkinkan
arsitek menjadi jauh lebih kreatif dengan bentuk rumah yang mereka bangun.
Misalnya, rumah di Nantes dibangun untuk melengkung di
sekitar pohon lindung berusia 100 tahun di petak. Kurva juga meningkatkan
sirkulasi udara rumah, mengurangi kelembaban potensial dan meningkatkan
ketahanan panas.
Bangunan di Nantes juga dirancang untuk penyandang
disabilitas, dengan akses kursi roda dan kemampuan untuk semuanya dikontrol
dari ponsel. Teknik ini juga dinilai lebih ramah lingkungan daripada konstruksi
tradisional, karena tidak ada pemborosan.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar