Bandung - Sebagai salah satu kiblat
skateboard atau papan seluncur di Indonesia, Bandung memang terkenal dengan
skatepark-nya yang menjamur di berbagai sudut kota. Mulai dari skatepark yang
bersifat outdoor maupun indoor ada di Kota Kembang.
Seiring bergulirnya waktu,
tempat-tempat bermain skateboard banyak mengalami perkembangan. Terbaru adalah
tempat bermain papan seluncur di Jalan Kawali 3 Nomor 28 Antapani, Bandung.
Sekilas tidak ada yang aneh dari
tampilan rumah tersebut. Tetapi, selain berfungsi sebagai tempat hunian, atap
rumah tersebut merupakan arena bermain skate.
Pemilik rumah adalah Eko Sulistyo
(27), salah seorang pegawai PPAT. Ia yang memiliki hobi berpapan seluncur di
atas empat roda itu bersama rekannya Fian Afandi (30) menggagas taman bermain
mini tersebut.
"Mini ramp ini dibangun
September 2017. Kebetulan saat saya lagi senang main skate lagi dan pas
kebetulan membangun rumah. Lalu sama Fian kita bikin mini ramp ini," ujar
Eko saat ditemui Liputan6.com, Minggu (8/4/2018).
Fian yang ahli ilustrasi
mengerjakan perancangan mini ramp di atap rumah Eko. Hasil desain Fian kemudian
diterapkan pada bidang bangunan seluas 84 meter persegi tersebut.
Hasilnya, jadilah sebuah mini ramp
seluas 6 x 6 meter dengan tinggi 1-1,5 meter. Adapun proses pengerjaan
membutuhkan waktu sekitar tiga bulan.
Setelah mini ramp rampung, bukan
hanya Eko dan Fian yang keranjingan bermain skate. Rekanan maupun teman
komunitas mulai menjajal fasilitas half bowl milik keduanya.
Selain teman dekat, ada pula dari
luar kota yang khusus untuk menjajal keterampilan bermain skate di atap rumah
ini. Hampir setiap akhir pekan terutama Sabtu dan Minggu
"Biasanya kita main dari pagi
jam 8 sampai sore," ujarnya.
Keanggotaan Golosor Club mulai dari
mereka yang masih duduk di bangku SD hingga yang berumur sekitar 30 tahunan.
Komunitas Golosor Club
Fian yang sesekali tampak
memberikan arahan pada anak-anak ikut bercerita soal pembelajaran skate bagi
pemula.
Karena semakin banyak yang belajar
bermain skate, Eko dan Fian pun menamakan tempat bermain mereka menjadi Golosor
Club. Sekaligus menjadi nama komunitas mereka.
Keanggotaan di komunitas ini sangat
berangam. Mulai dari anggota termuda mereka yang masih duduk di bangku SD,
sekitar umur 8 tahun hingga ada yang berumur sekitar 30 tahunan. Anggotanya
juga tidak hanya laki-laki saja, tapi komunitas ini juga punya anggota
perempuan.
Ada cerita menarik mengapa anak SD
bisa sampai ikut main skate di sini. Awalnya, tetangga mereka yang masih
tergolong anak-anak banyak yang penasaran dan menyaksikan langsung cara bermain
skate.
"Karena tempat bermain mereka
seperti lapangan voli sering dipakai tempat parkir ketimbang tempat bermain.
Jadi, di sini mereka bermain sambil belajar skate," ucap Eko.
Fian yang sesekali tampak
memberikan arahan pada anak-anak ikut bercerita soal pembelajaran skate bagi
pemula.
Di bercerita, saat tempat bermain
skate ini semakin ramai, anak kecil ikut datang menyaksikan. Namun, sebelum
akhirnya mereka ikut bermain skate, khusus anak-anak diberikan teknik dasar.
“Mereka harus membiasakan berlatih
di trek datar terlebih dulu. Kira-kira satu sampai dua hari,” ujarnya.
Di komunitas ini, kata Fian, siapa
saja bisa berbagi dan tentunya ada pengawasan terhadap anak-anak yang secara
khusus ikut bermain skate di sini.
"Siapa saja yang sudah bisa
main skate ngajarin anak-anak sekalian. Karena pada dasarnya kita ingin
memasyarakatkan skateboard,” ungkapnya.
Sebelum akhirnya mereka ikut
bermain skate, khusus anak-anak diberikan teknik dasar.
Sensasi Seluncur di Atas Papan
Selain fasilitas ramp, ada papan
skate yang disediakan tuan rumah.
Suasana taman skate Minggu pagi itu
tidak seramai biasanya. Meskipun cuaca cerah dan matahari terik, sejumlah
skater berusia 8-13 tahun tetap bermain bersama ditemani beberapa skater yang
berusia lebih tua.
“Kalau main bisa sampai sore,” kata
Rizky (9) yang baru sekitar satu bulan bermain skate.
M. Raga (13) mengaku tertarik
bermain skate karena selain fasilitas ramp, ada papan skate yang disediakan
tuan rumah. Terjatuh atau tergelincir saat meluncur pun sudah biasa baginya.
“Sakit tapi kalau ramai kaya gini
jadi mau lagi. Om Fian dan Om Eko selalu ngajarin bermain skate,” tuturnya.
Hal serupa juga diungkapkan Syauki,
siswa kelas 6 SD. “Saya enggak takut, kalau takut enggak akan bisa,” ujarnya.
Revina (12), perempuan yang ikut
bermain skate kini semakin lihai melakukan pendulum. “Awalnya ngeliat doang
lama-lama jadi tertarik,” kata Revina.
Salah seorang skater lainnya, Ikbal
Arifin (27) termasuk yang rajin menyambangi mini ramp milik Eko. Pemuda yang
berprofesi sebagai guru ini bersyukur karena ada tempat bermain skate yang tak
jauh dari rumahnya. Dengan adanya tempat bermain skate ini ia bisa melatih
sejumlah trik.
“Alasan saya bermain di sini karena
memang sudah kenal sama orang-orangnya. Ini tempat main skate pertama di
Antapani,” ungkap Ikbal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar