Jakarta Penulis Robert Stevenson
pernah berkata, “Pernikahan adalah satu percakapan panjang, yang dapat
mengalami masa krisis dalam suatu waktu.” Cepat atau lambat, setiap pasangan
mengalami krisis. Hal tersebut tak terelakkan.
Kabar baiknya, ketika menghadapi
krisis, pasangan suami-istri mencapai peningkatan baru dalam hubungan. Mereka
menemukan, cara-cara baru untuk berbahagia satu sama lain.
Melansir laman Bright Side, Minggu
(22/4/2018), Anda tidak perlu takut pada krisis pernikahan. Ini menjadi
pertanda, hubungan sedang berkembang. Yang paling utama, tidak menyerah dan
mencari cara untuk mengatasi kesulitan.
Ada beberapa masa krisis
pernikahan, diantaranya:
Tahun pertama pernikahan: Tahap
realisasi
Rita DeMaria, seorang terapis
perkawinan dan keluarga, menyebut krisis tahun pertama pernikahan sebagai
“tahap realisasi.” Masa ini terjadi setelah 6-12 bulan hidup bersama. Pesona
pertama jatuh cinta menghilang. Anda mulai melihat pasangan sebagaimana adanya
dengan semua kelemahan.
Kadang-kadang kebiasaan yang tidak
menyenangkan juga muncul. “Saatnya belajar dan bekerja sebagai tim,” kata
DeMaria.
Yang harus Anda lakukan, jika Anda
belum mendiskusikan masalah serius seperti keuangan, anak-anak, kunjungan
kerabat, waktu luang, dan lain-lain. Psikolog Beverly Hayman menyarankan, perlu
berbicara jujur tentang prioritas menjalani rumah tangga dalam ikatan
pernikahan. Penting untuk mencapai kesepakatan segala hal yang akan dijalani
bersama.
3-4 tahun pernikahan: Zona nyaman
berbahaya
3-4 tahun pernikahan termasuk zona
nyaman berbahaya. (iStockPhoto)
Penelitian di antara 2.000 pasangan
suami istri Inggris menunjukkan, dalam 3,5 tahun, pasangan mulai menganggap
satu sama lain sebagai hal yang biasa. Lalu berhenti mengatakan "Aku
mencintaimu" satu sama lain.
Sepasang suami istri menemukan
“zona nyaman” sendiri. Ini adalah perasaan aman dan tenang yang luar biasa,
tapi ada juga hal-hal yang tidak menyenangkan malah menjadi normal dalam hidup,
seperti tidak menutup pintu toilet saat buang air kecil.
Anda sebaiknya menjaga tingkat
emosional tertentu dalam hidup. Saling memuji satu sama lain lebih sering. Jika
Anda melihat ada masalah, mulailah percakapan dengan lembut tanpa tuduhan.
5-7 tahun pernikahan:
5-7 tahun pernikahan merupakan
"gatal tujuh tahun." (iStockPhoto)
Ada istilah tertentu dalam
psikologi Barat, yang disebut "gatal tujuh tahun (seven-year itch)",
yang berarti tujuh tahun yang membuat gatal. Ini adalah salah satu periode
paling penting dalam setiap pernikahan. Pada masa ini, pasangan punya kehidupan
yang baik dan hubungan yang menetap.
Beverly Hayman mengingatkan, minat
dan daya tarik seksual terhadap satu sama lain bisa menurun karena rutinitas.
Namun, tampaknya para pasangan tahu segalanya tentang satu sama lain. Terkadang
pasangan membuat keputusan untuk memiliki anak pertama (atau anak kedua) demi
menyelamatkan pernikahan mereka.
Robert Taibbi, terapis keluarga
menyarankan, jaga komunikasi tetap terbuka. Misal, tanya kabar, "Bagaimana
harimu?" dengan lembut. Diskusikan masa depan hubungan. Rencana apa yang
Anda miliki untuk tahun depan, atau 5 atau 10 berikutnya. Kuncinya adalah
keterbukaan dan kejujuran.
10-15 tahun pernikahan: Usia
pernikahan yang sulit
10-15 tahun pernikahan memasuki
usia pernikahan yang sulit. (iStockPhoto)
Sesuai dengan penelitian terbaru,
10 tahun adalah ambang paling sulit dalam pernikahan. Sebanyak 2.000 wanita
dari AS yang diwawancarai mengatakan, tahun ke-11 pernikahan khususnya,
merupakan masa yang paling sulit.
Wanita mengalami banyak sekali
tanggung jawab selama periode waktu ini. Di tengah-tengah kesibukan, mereka
harus merawat anak-anak yang sudah beranjak remaja. Tak ayal, mereka kekurangan
waktu sehingga kualitas hubungan menurun.
Kabar baiknya adalah jika Anda
mengatasi periode waktu ini, kepuasan hubungan akan terus meningkat selama 20
tahun ke depan. Ahli terapi keluarga, Dana Fillmore dan Amy Barnhart
menyarankan, agar Anda menyertakan humor dalam hubungan. Harus lebih sering
tertawa bersama.
20-30 tahun pernikahan: Krisis
paruh baya dan perceraian
20-30 tahun pernikahan sebagai
krisis paruh baya dan perceraian. (iStockphoto)
Krisis pernikahan ini efeknya
meningkat karena anak-anak tumbuh dan mulai meninggalkan rumah keluarga,
sementara pasangan ditinggal sendiri, seperti di awal hubungan pernikahan.
Pasangan mungkin merasa pernikahan mereka 'kosong' karena misi utamanya telah
selesai: membesarkan dan membuat anak mandiri.
Perceraian pun meningkat. Yang
harus Anda lakukan, jangan menjauh satu sama lain. Carilah makna lain dari
keberadaan Anda sebagai pasangan.
Steve Seabold, seorang pelatih
hubungan, menyarankan, Anda melakukan olahraga bersama dan menciptakan rencana
bersama, seperti perjalanan, bisnis baru, kursus bahasa, atau sesuatu yang akan
menciptakan pengalaman hidup yang tak terlupakan.





Tidak ada komentar:
Posting Komentar