:strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1952439/original/085961800_1519961159-1.jpg)
Petani di Skotlandia memakaikan bra pada sapi betinanya. Ia
tak membuat kutang khusus untuk hewan-hewan ternaknya, melainkan menggunakan
pakaian dalam milik manusia yang sudah tak dipakai.
Jangan salah sangka, apa yang ia lakukan bukan untuk bikin
lelucon, tapi ada tujuannya.
Petani itu, Donald Ross menceritakan, seorang tetangganya
mengamati bahwa salah satu anak sapinya tak bisa mengakses dan menyusu dari
bagian belakang ambing induknya. Ambing adalah kelenjar dalam payudara yang mengeluarkan
air susu.
Sapi kecil itu pun merasa lebih mudah untuk menyusu dari
puting depan induknya. Kondisi itu menyebabkan menyebabkan tekanan di bagian
belakang.
Seperti dikutip dari BBC News, Sabu (12/5/2018), bra tua
kemudian dipakaikan ke induk sapi, agar ambingnya tak meradang akibat kondisi
yang disebut mastitis.
Mastitis adalah infeksi pada satu atau lebih saluran
payudara, yang bisa menyebabkan rasa sakit yang parah. Kondisi yang kerap
dirasakan ibu menyusui ternyata juga bisa dirasakan induk sapi.
Bra bisa digunakan untuk mengurangi tekanan para ambing.
Agar rasa sakit yang dirasakan induk-induk sapi bisa berkurang.
Donald Ross mengaku telah membagikan idenya itu ke
komunitasnya di wilayah pertanian.
Ternyata, tak hanya sapi yang terbantu. Pemakaian bra
tersebut juga menghibur para manusia.
"Di Skotlandia, kami baru saja melalui musim dingin
yang parah. Namun, dengan itu, kami bisa mempertahankan selera humor,"
kata dia.
Ross menambahkan, bra dipilih karena mempertimbangkan
kenyamanan induk sapi. "Kainnya lembut dan dilengkapi tali yang
elastis," kata dia.
Sebenarnya ambing tersebut bisa diperah dengan tangan
manusia, untuk mengurangi tekanan. Namun, cara itu berisiko.
"Hal itu bisa menyebabkan ketidaknyamanan pada induk
sapi. Ia bisa saja menendang-nendang dan membuat pemerahnya cedera,"
tambah Ross.
Sapi Berpeluang Jadi Mamalia Terbesar
Masih soal sapi, sebuah studi yang dimuat jurnal Science
menguak hal menarik. Yakni, sapi berpotensi menjadi mamalia darat terbesar
dalam beberapa dekade mendatang, jika manusia punah dari muka Bumi.
Asumsi tersebut didasarkan pada analisa tren kehidupan
mamalia darat selama 125.000 tahun terakhir, yang ukuran tubuhnya kian menyusut
bersamaan dengan manusia mulai menyebar keluar Afrika.
Penyebaran manusia purba dari Afrika bertepatan dengan
kepunahan mamalia darat besar seperti mammoth, harimau bertaring tajam dan
glyptodont -- hewan mirip armadillo dengan tubuh seukuran mobil.
"Ada pola yang sangat jelas, bahwa kepunahan beragam
jenis mamalia darat berukuran besar, mengikuti rentang waktu persebaran manusia
ke seluruh dunia,", jelas penulis utama Felisa Smith dari University of
New Mexico.
Dikutip dari The Strait Times, Jumat (20/4/2018), sejak era
purba, manusia cenderung menargetkan hewan besar sebagai sumber protein mereka,
dan hal tersebut terus berlanjut selama beribu-ribu tahun setelahnya.
Hewan besar dianggap sebagai layaknya sapi di era modern,
yang diburu untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia saat mulai tinggal menetap.
Di Amerika Utara, misalnya, massa tubuh mamalia darat
umumnya telah menyusut menjadi 7,6 persen dari bobot awalnya, setelah
kedatangan manusia.
"Jika tren ini terus berlanjut, mamalia terbesar di
Bumi dalam beberapa ratus tahun mendatang, mungkin dipegang oleh sapi ternak
dengan berat maksimal 900 kilogram," tulis tim peneliti
:strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1952438/original/062715600_1519961124-1.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar